Kopi manis yang menemani Lestari sore itu kini telah sampai pada keputusan akhir dari perjalanan pemikirannya. Keputusan yang selama ini ia tunggu berlabuh di ujung pencarian yang begitu menguras keringat perasaan. Hatinya bertarung tiada henti dengan ego dan logika dengan cukup berat. Menambah dan mengurangi batas toleransi yang terus menerus ia tulis dan hapus berulang kali dikepala. Kadang ia mundur selangkah, kadang ia maju menggebu-gebu. Kini perjalanan itu telah berakhir. Telah berujung. Dan ia mengerti. Bahwa ia tidak akan pernah mampu mengejar takdir yang telah tertulis bukan untuknya. Ia tidak akan mampu mengendalikan apa yang memang tak bisa ia kendalikan. Ia tidak punya kuasa apapun tentang masa depan. Ia tak bisa memiliki kehidupan ini sepenuhnya. Dan ia tidak bisa mengatur kemana perasaannya pergi berlabuh…
Kita memang seringnya kurang menyadari nilai sesuat sampai itu menjadi kenangan. Foto adalah peristiwa yang dibekukan dalam waktu. Ia dapat membangkitkan kenangan dan emosi. The Photo Story mengulas tentang sebuah peristiwa yang dibekukan dalam bentuk memori foto agar menjadi sebuah kenangan yang lengkap.
Rabu, 06 Desember 2023
Kamis, 30 November 2023
YANG SELALU ADA
Begitulah cinta, ia akan selalu mengisi satu tempat dihati manusia. Tak akan lupa, tak akan terganti. Satu cinta, yang entah itu engkau ambil kesempatannya, atau terlewat begitu saja, dan akhirnya tetap disitu hanya tersimpan di kenang. Selamanya….
Senin, 03 Juli 2023
YANG SELALU ADA (BAGIAN 2)
Bagi Lestari, cinta adalah salah satu kekuatan untuk ia menegakkan kaki dengan tegap di bumi ini. Belakangan ia sering merenungi perasaannya sendiri. Memang sering ia melakukan itu. Tapi untuk kali ini, setelah perjalanan puluhan tahun yang melelahkan, ini merupakan sebuah perenungan yang panjang. Perenungan atas kesalahan, atas keinginan, atas kelalaian, atas usaha dalam memahami perasaannya.
Sebuah ungkapan dari seorang penulis yang
pernah ia baca dari sebuah buku, bahwa perasaan itu seperti laut, jika sudah
tidak terkendali akan menghancurkan. Kalimat itu terus menerus terngiang dalam
ingatan lestari. Mengusik memori dalam pikirannya yang kini ia harus renungi.
Lestari telah tiba disebuah persinggahan tempat
ia biasa membunuh waktu dengan ditemani pemikiran-pemikirannya. Lengkaplah
sudah rasa di hari ini, pikir Lestari. Langkah kaki nya lunglai memikirkan
perasaannya. Ia terjebak dalam imaji hatinya sendiri. Kini ia tidak bisa lagi
menyadari apa yang ia rasa sesungguhnya.
Mungkin saja, ia hanya jatuh cinta pada
imajinasinya sendiri, pikir Lestari. Imajinasi tentang seseorang yang ada
dipikirannya saat ini. Bukan jatuh cinta secara penuh, secara nyata. Oleh
karena itu, ia tersiksa setiap kali kenyataan yang ada tidak sesuai dengan
adegan dikepalanya. Membuat hatinya lebih patah dari patah hati.
Angin sore hari itu sangat sepoi-sepoi. Pikiran
Lestari seperti biasa melanglangbuana. Lestari menghela nafas panjang. Cinta
yang telah jatuh di dadanya menancap dan ia tak bisa lagi mengelak. Sepanjang
waktu ia hanya memikirkan seseorang yang ada dikepalanya….
Rabu, 10 Mei 2023
KENANGAN RINDU (BAGIAN 2)
Secangkir kopi dengan krim bergambar hati itu terletak begitu saja dimeja. Lestari kembali melamun, menatap air hujan yang rintiknya mengalir sedikit-sedikit di kaca jendela. Bukan, bukan karna ia tak berselera pada kopi pesanannya, tapi seperti biasa, kopi, hujan, dan kenangan yang ada didalamnya membuat lestari kembali membuka pintu rindu diruang hati yang ntah itu tak bisa dilupa atau memang sengaja tetap dijaga agar selalu ada.
Tak ada yang
tau, bahkan diri nya sendiri pun tak bisa memahami mengapa kenangan itu selalu
hadir mengisi memori hidupnya. Namun ia pun tak pernah juga membiarkan kenangan
itu pergi dengan sengaja. Beginikah rasanya mencintai? Batin lestari. Ia akan
mengisi satu tempat dihati manusia. Tak akan lupa, tak akan terganti. Satu cinta
yang ntah itu engkau ambil kesempatannya, atau terlewat begitu saja, dan
akhirnya tetap disitu hanya tersimpan dikenang selamanya. Tak pernah sama bisa
ia rasakan dengan yang lain. Tak pernah bisa terganti dengan hati yang lain.
Lestari menatap
lagi kopi pesanannya, digenggamnya tangkai cangkir kopi itu. Lalu diseruputnya
perlahan. Kopi latte dengan manis caramel mengalir lembut diatas lidahnya. Nikmat
dan manis, seperti kamu, batin lestari lagi. Kemudian bergenanglah air
dikelopak matanya, turun mengaliri pipi dan senyum tipis dibibir lestari. Ia rindu.
KENANGAN RINDU (BAGIAN 1)
Ketika Rahman menyeruput secangkir kopi dari tangannya, ia menatap diam langit dari atas balkon rumah. Taburan bintang itu menghiasi langit begitu apik. Rahman terlihat ‘seperti’ menikmati aroma langit malam itu. Ya, hanya sepertinya. Mata yang takjub menatap langit, namun ingatannya menggeliat detil pada setiap kenangan yang ditinggalkan Lestari.
Hampir setiap malam mereka menghabiskan waktu di balkon itu. Rahman selalu hafal, jikalau selepas shalat isya Lestari membuatkan kopi, itu berarti ia minta ditemani mengobrol. Setelah menghadapi tumpukan berkas keuangan di kantor, keluh kesah Lestari menjadi hiburan tersendiri untuk Rahman. Terkadang Rahman hanya tersenyum geli melihat omelan manja Lestari dikala ia mengejeknya disela-sela curhatan serius Lestari. Dan keluarlah jurus ampuh Lestari yang membuat Rahman tak berdaya dibuatnya, merajuk. Kalau sudah begitu, apa mau dikata, Rahman juga harus mengeluarkan jurus bujukan pamungkas, peluk cium bertubi-tubi sambil menggelitik mesra perut mungil Lestari. Lalu kemudian tenggelamlah mereka berdua dalam tawa.
Ya, begitulah Lestari, ingatnya kembali. Wanita manja yang sangat ia sayangi. Ntah ini karena rasa rindu, atau hanya sekedar rasa tak bisa melupakan saja. Rahman pun tak pernah bisa memahami ini. Bahkan ia tak punya alasan untuk membenci Lestari. Walau ia tau Lestari pernah mengkhianatinya dengan memadu kasih bersama sahabat karibnya. Tidak. Rahman tidak membencinya. Terlalu banyak kenangan manis yang ditinggalkan Lestari. Rahman tersenyum getir. Bahkan kenangan buruk itupun tak pantas hadir dalam ingatannya, batin rahman.