Jumat, 04 Juli 2025

C E R M I N

Melihatmu, aku seperti bercermin

Seperti melihat kedalam diri sendiri

 Layaknya cermin, ada dua sisi didalamnya.

Dua sisi yang berbeda.

Ya, dua dunia, nyata dan ilusi.

 

Cermin itu unik, seperti dirimu

Seperti tidak nyata namun ada.

Seperti berbeda, tapi ternyata sama.

Cermin itu misteri, seperti hadirmu

Datang dan pergi tak terlintas dari kasat mata nyata.

 

Dunia cermin itu asing, seperti lingkunganmu

Namun begitu dekat kehadirannya.

Sedekat aku memandang, menyentuh, dan merasakan bagian datarnya

 

Dunia cermin, duniamu yang aku tak pernah tau seperti apa.

Memang asing, sangat asing, dan sulit dimengerti.

Walaupun dekat, walaupun ada, namun kenyataannya lah yang tak bisa kuhindari.

Bahwa sebenarnya, cermin hanya punya satu sisi, yaitu dirimu sendiri.


Embun pagi di Singkawang, Kalbar-Indonesia


Rabu, 06 Desember 2023

YANG SELALU ADA (BAGIAN 3)

Kopi manis yang menemani Lestari sore itu kini telah sampai pada keputusan akhir dari perjalanan pemikirannya. Keputusan yang selama ini ia tunggu berlabuh di ujung pencarian yang begitu menguras keringat perasaan. Hatinya bertarung tiada henti dengan ego dan logika dengan cukup berat. Menambah dan mengurangi batas toleransi yang terus menerus ia tulis dan hapus berulang kali dikepala. Kadang ia mundur selangkah, kadang ia maju menggebu-gebu. Kini perjalanan itu telah berakhir. Telah berujung. Dan ia mengerti. Bahwa ia tidak akan pernah mampu mengejar takdir yang telah tertulis bukan untuknya. Ia tidak akan mampu mengendalikan apa yang memang tak bisa ia kendalikan. Ia tidak punya kuasa apapun tentang masa depan. Ia tak bisa memiliki kehidupan ini sepenuhnya. Dan ia tidak bisa mengatur kemana perasaannya pergi berlabuh…


Pulau Lemukutan, Bengkayang-Kalbar, Indonesia


Kamis, 30 November 2023

YANG SELALU ADA

Begitulah cinta, ia akan selalu mengisi satu tempat dihati manusia. Tak akan lupa, tak akan terganti. Satu cinta, yang entah itu engkau ambil kesempatannya, atau terlewat begitu saja, dan akhirnya tetap disitu hanya tersimpan di kenang. Selamanya….


                                                      Sunset Pulau Lemukutan, Bengkayang-Kalbar, Indonesia


Senin, 03 Juli 2023

YANG SELALU ADA (BAGIAN 2)

Bagi Lestari, cinta adalah salah satu kekuatan untuk ia menegakkan kaki dengan tegap di bumi ini. Belakangan ia sering merenungi perasaannya sendiri. Memang sering ia melakukan itu. Tapi untuk kali ini, setelah perjalanan puluhan tahun yang melelahkan, ini merupakan sebuah perenungan yang panjang. Perenungan atas kesalahan, atas keinginan, atas kelalaian, atas usaha dalam memahami perasaannya.

Sebuah ungkapan dari seorang penulis yang pernah ia baca dari sebuah buku, bahwa perasaan itu seperti laut, jika sudah tidak terkendali akan menghancurkan. Kalimat itu terus menerus terngiang dalam ingatan lestari. Mengusik memori dalam pikirannya yang kini ia harus renungi.

Lestari telah tiba disebuah persinggahan tempat ia biasa membunuh waktu dengan ditemani pemikiran-pemikirannya. Lengkaplah sudah rasa di hari ini, pikir Lestari. Langkah kaki nya lunglai memikirkan perasaannya. Ia terjebak dalam imaji hatinya sendiri. Kini ia tidak bisa lagi menyadari apa yang ia rasa sesungguhnya.

Mungkin saja, ia hanya jatuh cinta pada imajinasinya sendiri, pikir Lestari. Imajinasi tentang seseorang yang ada dipikirannya saat ini. Bukan jatuh cinta secara penuh, secara nyata. Oleh karena itu, ia tersiksa setiap kali kenyataan yang ada tidak sesuai dengan adegan dikepalanya. Membuat hatinya lebih patah dari patah hati.

Angin sore hari itu sangat sepoi-sepoi. Pikiran Lestari seperti biasa melanglangbuana. Lestari menghela nafas panjang. Cinta yang telah jatuh di dadanya menancap dan ia tak bisa lagi mengelak. Sepanjang waktu ia hanya memikirkan seseorang yang ada dikepalanya….


Jembatan Sungai Kapuas, Pontianak-Kalbar


Rabu, 10 Mei 2023

KENANGAN RINDU (BAGIAN 2)

Secangkir kopi dengan krim bergambar hati itu terletak begitu saja dimeja. Lestari kembali melamun, menatap air hujan yang rintiknya mengalir sedikit-sedikit di kaca jendela. Bukan, bukan karna ia tak berselera pada kopi pesanannya, tapi seperti biasa, kopi, hujan, dan kenangan yang ada didalamnya membuat lestari kembali membuka pintu rindu diruang hati yang ntah itu tak bisa dilupa atau memang sengaja tetap dijaga agar selalu ada.

Tak ada yang tau, bahkan diri nya sendiri pun tak bisa memahami mengapa kenangan itu selalu hadir mengisi memori hidupnya. Namun ia pun tak pernah juga membiarkan kenangan itu pergi dengan sengaja. Beginikah rasanya mencintai? Batin lestari. Ia akan mengisi satu tempat dihati manusia. Tak akan lupa, tak akan terganti. Satu cinta yang ntah itu engkau ambil kesempatannya, atau terlewat begitu saja, dan akhirnya tetap disitu hanya tersimpan dikenang selamanya. Tak pernah sama bisa ia rasakan dengan yang lain. Tak pernah bisa terganti dengan hati yang lain.

Lestari menatap lagi kopi pesanannya, digenggamnya tangkai cangkir kopi itu. Lalu diseruputnya perlahan. Kopi latte dengan manis caramel mengalir lembut diatas lidahnya. Nikmat dan manis, seperti kamu, batin lestari lagi. Kemudian bergenanglah air dikelopak matanya, turun mengaliri pipi dan senyum tipis dibibir lestari. Ia rindu.


Siluet Sunset Pantai Pecal, Ketapang, Kalbar

Sampan Penyebrangan di Keraton Matan Tanjungpura, Ketapang Kalbar



KENANGAN RINDU (BAGIAN 1)

Ketika Rahman menyeruput secangkir kopi dari tangannya, ia menatap diam langit dari atas balkon rumah. Taburan bintang itu menghiasi langit begitu apik. Rahman terlihat ‘seperti’ menikmati aroma langit malam itu. Ya, hanya sepertinya. Mata yang takjub menatap langit, namun ingatannya menggeliat detil pada setiap kenangan yang ditinggalkan Lestari.

Hampir setiap malam mereka menghabiskan waktu di balkon itu. Rahman selalu hafal, jikalau selepas shalat isya Lestari membuatkan kopi, itu berarti ia minta ditemani mengobrol. Setelah menghadapi tumpukan berkas keuangan di kantor, keluh kesah Lestari menjadi hiburan tersendiri untuk Rahman. Terkadang Rahman hanya tersenyum geli melihat omelan manja Lestari dikala ia mengejeknya disela-sela curhatan serius Lestari. Dan keluarlah jurus ampuh Lestari yang membuat Rahman tak berdaya dibuatnya, merajuk. Kalau sudah begitu, apa mau dikata, Rahman juga harus mengeluarkan jurus bujukan pamungkas, peluk cium bertubi-tubi sambil menggelitik mesra perut mungil Lestari. Lalu kemudian tenggelamlah mereka berdua dalam tawa.

Ya, begitulah Lestari, ingatnya kembali. Wanita manja yang sangat ia sayangi. Ntah ini karena rasa rindu, atau hanya sekedar rasa tak bisa melupakan saja. Rahman pun tak pernah bisa memahami ini. Bahkan ia tak punya alasan untuk membenci Lestari. Walau ia tau Lestari pernah mengkhianatinya dengan memadu kasih bersama sahabat karibnya. Tidak. Rahman tidak membencinya. Terlalu banyak kenangan manis yang ditinggalkan Lestari. Rahman tersenyum getir. Bahkan kenangan buruk itupun tak pantas hadir dalam ingatannya, batin rahman.

Orchid Park, Kuching, Malaysia

Orchid Park, Kuching, Malaysia

Orchid Park, Kuching, Malaysia

Orchid Park, Kuching, Malaysia




Jumat, 22 Agustus 2014

KOTA "AMOY"

Woke...
Terakhir saya update blog ini setahun yang lalu. Yeeaahh... lama banget. Dan baru mulai nulis lagi baru2 sekarang ini. Lumayan lamaaaaa.... Kangen? Pastinya.

Diantara banyak alasan kenapa saya lama ga update blog ini karna saya sedang dalam kondisi galau. Galau situasi dan kondisi, alias mengurus kepindahan domisili. Well, urusan tetek bengek birokrasi yang ribet bikin ide melayang hanya diawang2 berbulan2.
Baiklah, biar lebih jelas, saya cerita dikit deh. Saat ini saya berdomisili di kota Pontianak. Kota garis khatulistiwa Indonesia. Masih dalam area Kalimantan Barat sih. Alasannya kenapa? Biar hanya saya dan Tuhan aja ya yang tau hehe. Kota polusi yang sebenernya bikin saya kurang betah. Tapi yaaa mau gimana, demi mencari segenggam emas dan sebongkah berlian, saya mesti betah sodaraan sama kota ini hahaha

Dan yang ingin saya ceritain bukan kota Pontianak nya. Tapi kota Singkawang. Sebuah Kabupaten lain di Kalimantan Barat. Saya ditemani  teman2 motret saya di Borneo Photography (www.borneophotography.org). Menuju Singkawang kami tempuh selama 3 jam dari kota Pontianak. Singkawang itu biasa disebut orang juga kota amoy, karna penduduknya hampir 90% orang cina.

Singkawang punya beberapa tempat wisata. Salah satu yang saya datangi waktu itu adalah danau biru. Kenapa namanya danau biru? Karna airnya memang berwarna biru hehe. Menurut info yang saya dapat, air ini ga boleh dipake buat mandi, karna bisa menyebabkan kulit jadi gatal2. Berikut beberapa jepretan danau biru yang bisa saya abadikan:







Saya penggemar rujak. Dan dari sekian rujak yang pernah saya coba, singkawang juaranya. Rujak Thai Pu Ji. Tempatnya kecil. Tapi banyak yang datang ke Singkawang hanya untuk menyicipi rujak ini. Mesti coba deehh... rasanyooo maknyuuuuuuuuussssssss.....




Setelah dari danau biru dan menikmati beberapa kuliner kota Singkawang, kami pun memutuskan untuk berkeliling2 sejenak menyaksikan kehidupan malam kota Singkawang. Berikut beberapa foto yang berhasil saya abadikan dikala malam.


Masjid Raya Singkawang, Kal-Bar | 2011 

Vihara Tri Dharma Bumi Raya Singkawang, Kal-Bar | 2011


Hmmmm.... pengalaman yang cukup menyenangkan! Selamat menikmati kota Singkawang!