Hanya dari coba-coba jadi suka. Itulah
pendapat saya tentang dunia fotografi. Pada awalnya saya sangat tidak mengenal
dunia ini. Hanya foto-foto narsis biasa bersama teman-teman terdekat saya. Kadang kalau liat hasil foto-foto narsisnya saya suka ketawa-ketawa sendiri. Bagaimana tidak, karna
hampir dari semua foto dibuat se'oke' mungkin dan berusaha tetap keliatan imut-imut,
hihihi. Lucu ya. Sampai-sampai salah seorang teman saya
nyeletuk “kalo ga narsis ga idup lo”. Yaa gitu deh, namanya juga anak muda, memang
nggak sah kalau nggak narsis hehehe.
Perjalanan mengenal fotografi pun dimulai. Saat itu,
saya yang bekerja di instansi pariwisata ditugaskan untuk meliput sebuah acara
besar budaya di Kalimantan Barat. Dimana seluruh kabupaten mengikuti acara
tersebut. Saya yang tadinya agak 'cuek' dengan keragaman budaya di Indonesia,
tiba-tiba jadi jatuh hati dengan banyaknya keunikan yang dipersembahkan dalam acara
pekan budaya itu. Yah, boleh dibilang mirip-miriplah sama Love at the first sight hehehe. Nah, disitulah saya mengenal kamera jenis DSLR. Awalnya pun saya tidak begitu mengerti. Tapi setelah membaca
beberapa buku dan browsing di
internet, saya jadi lebih paham mengenai kamera ini.
DSLR bisa diartikan sebagai
kamera professional. Kamera jenis ini
memiliki beragam fitur yang diperlukan oleh fotografer (professional). Dan fitur ini tidak dimiliki oleh kamera saku atau
kamera semiprofessional (prosumer). Tapi, bukan berarti fotografer professional tidak menggunakan kamera
saku atau prosumer untuk pekerjaan mereka lho, penggunaannya lebih kepada
faktor kepraktisan aja.
Lanjut lagi ya ngomongin soal
DSLR. Nah, DSLR ini merupakan singkatan dari Digital Single-Lens Reflex atau kamera digital berlensa tunggal. Kamera
ini bisa disebut juga bridge camera,
peralihan dari kamera prosumer dua lensa ke kamera lensa tunggal. Dikatakan
tunggal, karena kamera ini memakai satu lensa untuk meneruskan objek foto ke
sensor kamera maupun jendela intip (viewfinder).
Pada saat kita membidik objek foto, gambar ditangkap oleh lensa, lalu
dipantulkan oleh sebuah prisma sebelum sampai ke mata. Ketika memencet tombol
rana, cermin tadi terbuka sehingga gambar dari lensa langsung menuju ke sensor
digital dalam kamera yang bertugas merekam gambar. Hal yang kayak gini nih yang
tidak terdapat pada kamera saku atau prosumer yang memiliki jendela pengintip
objek foto atau disebut viewfinder
tadi. Viewfinder pada kamera jenis
kamera saku atau prosumer ini memakai lensa tersendiri dan biasanya diletakkan
berdekatan dengan lensa untuk merekam gambar. Jadi akibatnya, apa yang kita
lihat pada jendela bidik belum tentu sama dengan hasil foto. Luas bidang foto
yang kita dapatkan bisa jadi berbeda, begitu juga dengan komposisi gambar. So, lebih oke kan kalau kita memakai
kamera DSLR. Dengan segala kelebihan yang dimiliki, kita bisa menghasilkan foto
sesuai dengan yang kita inginkan. Tapi, walaupun demikian, sekarang ini udah
ada kok beberapa kamera prosumer yang mengadopsi mekanisme kerja seperti DSLR.
Ya, kembali lagi pada kebutuhan sih. Foto seperti apa yang kita inginkan. Kalau
untuk jeprat-jepret narsis seperti yang saya lakukan bersama teman-teman geng
narsis saya, kamera saku sudah cukup lumayan membantu untuk menghasilkan foto
gaya dan imut-imut hehehe. Tapi jika anda lebih ingin menghasilkan karya yang
lebih optimal, saya rekomendasikan untuk memakai kamera DSLR.
Ini adalah beberapa jepretan
sederhana pertama saya menggunakan kamera DSLR, Nikon D90 lensa 18-105mm VR.
Harap maklum ya, jika ada beberapa gambar yang tidak sempurna. Namanya juga
jepretan pertama hehehe.
Pantai Sungai Jawi, Ketapang - Kalbar - 2011
Air Terjun Sedahan Gunung Palung, Kab. Kayong Utara - Kalbar | 2011
Pantai Sungai Jawi, Ketapang - Kalbar - 2011
Beneran dehh, setelah mengenal
DSLR saya jadi gila plus histeris sendiri kalo liat pemandangan yang oke.
Otomatis tangan jadi gatal seketika untuk mengabadikannya. Seperti kata Deniek (Professional Photographer, www.denieksukarya.com), fotografi adalah sebuah seni melihat.
Karna fotografi mengajarkan pada kita cara yang unik dalam melihat dunia dan
sekaligus memberikan penyadaran baru akan segala keindahan yang ada di sekitar
kita, dalam kehidupan sehari-hari manusia. Fotografi juga mengajarkan pada kita
untuk melihat lebih dalam, menggali makna dan memahaminya sehingga menumbuhkan
rasa cinta yang dapat menciptakan inspirasi untuk melangkah lebih jauh,
melompat lebih tinggi, berlari lebih kencang, berbuat lebih banyak dan
melahirkan energi positif yang mampu menjadi katalis perubahan ke arah yang
lebih baik untuk semua. Fotografi memang merupakan sebuah jendela yang membuka
cakrawala baru bagi kita, untuk menemukan kembali dunia yang ada disekitar
kita, untuk melihat dan menikmati segala keajaiban yang bisa membawa begitu
banyak kegembiraan dan kebahagiaan pada hidup kita.
Saya berharap,
semoga jepretan dan sedikit ocehan saya yang sederhana ini bisa menjadi hiburan
sekaligus memberi inspirasi untuk anda. Sebagaimana pengalaman unik ini telah
menginspirasi hidup saya sendiri. Salam Jepret!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar