Kamis, 21 Agustus 2014

PULAU SAWI

Pulau yang kabarnya masih virgin ini membuat saya memasukkannya dalam daftar tempat yang wajib saya kunjungi. Dan setelah menunggu sekian lama, lalu beberapa kali rencana yang nyaris batal, akhirnya saya pergi juga mengunjungi pulau ini.

Pulau ini dinamakan Pulau Sawi. Saya pikir orang-orang sekitar saja yang iseng dengan memberikan nama itu. Tapi ternyata tidak, dinamakan Pulau Sawi karna memang dulu pulau itu tempat bercocok tanamnya sawi. Menurut informasi yang saya dapat, Pulau Sawi pada saat itu menjadi tempat produksi sawi terbesar di daerah tersebut. Bahkan sampai mengirim hasil panen mereka ke luar daerah. Namun karna seiring dengan perkembangan jaman, masarakat di Pulau ini mulai kehilangan pasar. Produksi sayur sawi mudah didapat dimana saja. Hingga pada akhirnya masyarakat Pulau Sawi tidak lagi bercocok tanam sawi, sehingga mereka (penduduk Pulau Sawi) mengalihkan matapencaharian mereka.

Pulau ini dihuni kurang lebih tiga puluh kepala keluarga. Rata-rata penduduk bermatapencaharian sebagai nelayan. Ada juga beberapa yang mengolah kelapa menjadi minyak goreng. Ntah dari tahun berapa mereka menghuni pulau ini. Yang jelas, tidak seperti kota kebanyakan yang penduduknya terus bertambah dari tahun ke tahun. Banyak generasi baru pulau ini yang pindah merantau ke kota dan memilih untuk menetap disana. Yaa… Nggak banyak sih info yang saya dapat tentang Pulau Sawi. Saya terlalu terbuai dengan pulau ini. Harap maklum ya, hehehe. Kalau mau tau lebih banyak, saran saya langsung datang saja ke lokasi.

Petualangan ini tentunya tidak saya lakukan sendiri. Bersama temen-temen Ketapang Photographer Community (KPC), perjalanan kami tempuh dalam waktu dua jam dari kota Ketapang menuju desa Sei Tengar. Kami merasa beruntung hari itu, karna cuaca panas mengiringi perjalanan kami, walaupun paginya hujan deras sempat membasahi kota beberapa jam.

Sei Tengar adalah sebuah Desa kecil di kecamatan Kendawangan, tempat singgah menuju Pulau Sawi. Dengan membawa perbekalan makanan yang cukup, kami menyebrangi laut menuju pulau sawi menggunakan kapal kecil. Kapal ini kami sewa seharga lima ratus ribu rupiah. Mmmmm…. Cukup terjangkau menurut saya. Tidak cukup lama, kurang lebih 45 menit kapal kami diombang ambing ombak laut. Sekali lagi, it’s my lucky day, ombak tidak besar hari itu. Dan benar ternyata yang dikatakan beberapa teman saya yang sudah pernah mengunjungi pulau ini, baru lima belas menit perjalanan, kami sudah disuguhkan nuansa laut yang berwana biru kehijauan bersih. Laut yang sangat jernih dan tenang ini, membuat saya gemes sendiri dan langsung ingin nyebur untuk berenang.

Finally, saya tiba juga di Pulau impian. Baru saja kaki ini berpijak didermaga pulau, rasa takjub yang tadinya takjub, kini bertambah jadi lebih takjub. Terumbu karang dan ikan-ikan masih bisa terlihat walau kedalaman laut hampir mencapai dua meter. Dan pemandangan seperti ini bisa saya temukan tidak perlu jauh-jauh menyebrang pulau Kalimantan. Kini sudah dapat saya jumpai di kota kelahiran saya!






Foto-foto diatas adalah suasana dermaga di Pulau sawi. Cuaca cerah membuat langit membiru dengan sempurna. Gugusan awan yang menawan tak saya lewatkan begitu saja untuk mengabadikannya.

Karna kami sampai sudah menjelang sore, tidak selang berapa lama sunsetpun tiba. Dan tentu saja, moment ini tidak akan terlewatkan begitu saja bagi ‘sunset and silhouette lovers’ untuk mengabadikannya dalam sebuah gambar. Untuk foto sunset, saya tidak hanya manampilkan jepretan saya. Jepretan sahabat saya yang satu ini sangat sayang sekali untuk tidak ditampilakan dalam cerita ini, karna saya termasuk penggemar berat hasil jepretan beliau, terutama jepretan ‘sunset and silhouette’ nya. Thanks to Mr. Dedeng Ddp for the graet inspiration.



Malam harinya, kami menghabiskan malam dengan bersantai menikmati langit dan taburan bintangnya. Saya menamakannya dengan “tidur beratapkan bintang”. Terang bulan yang menawan semakin menambah keistimewaan suguhan alam malam di Pulau Sawi. Sayangnya tak satu orang pun dari kami mempunyai camera telescope. Yaitu camera yang khusus memotret bintang. Sungguh benar-benar pemandangan yang menakjubkan.

Walau sedikit kurang tidur, tak mengendurkan semangat kami untuk melihat sunrise Pulau Sawi. Kamipun menyiapkan diri dan mencari posisi paling tepat (menurut versi kami) untuk mengabadikan sunrise dalam jepretan camera.




Dan untuk yang ketiga kalinya lagi, it’s the truly my lucky day. Beberapa kali saya menikmati sunrise, saya belum pernah menemukan sunrise seindah di Pulau Sawi hari itu. Langit yang cerah, sinar matahari yang elok, ditambah suasana Pulau Sawi yang segar dipagi hari, sungguh perpaduan yang istimewa bagi pecinta sunrise.
Setelah puas mengambil beberapa jeprean suasana pagi di Pulau sawi, air yang jernih dan segar sungguh sangat menggoda saya untuk segera menceburkan diri. Huuuaaaaa…… Bbrrrrr,.. Adeeemmm rasanya….. Seperti air kolam renang. Bedanya cuma ada rasa asinnya hahahaha

Siang harinya, kami diajak untuk mengunjungi Pulau tetangga yang terletak di sebelah Pulau Sawi. Dan lagi-lagi saya semakin takjub. Pulau ini memang memiliki sejuta pesona. Kali ini kapal kami dikemudikan oleh anak-anak Pulau Sawi. Namanya GF dan Surya (mirip merek rokok ya, hihihihihi). Karna sering beradu dengan matahari, membuat kulit mereka berwarna hitam pekat. Bulu badan dan rambut berwarna kekuningan, cukup eksotik untuk diabadikan. Hehehe. Tapi, oleh karna air yang tidak begitu dalam, kapal kami tidak bisa bermuara ditepian pantai pulau. Jadi ya beginilah, harus melewati laut dengan berjalan kaki basah-basahan. Saya sempat berfikir, jangan-jangan anak-anak ini sengaja mengerjai kami hahaha






Beberapa kali saya sempat mengikuti kegiatan anak-anak pulau sawi dalam keseharian mereka. Suasana laut yang panas serta angin yang kencang membuat mereka kebal sama penyakit. Saya sempat berbincang-bincang dengan mereka, sambil sesekali menjepret ekspresi mereka.
“Dek, nggak pernah sakit ya?”, tanya saya.
“Nggak pernah, kak.”
“Nggak pernah kena Malaria?.” Tanya saya kaget.
“Apa tuh Malaria???.” Jawabnya nggak kalah kaget.
Saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri, anak-anak ini tidur di malam hari dengan diterpa angin pantai. Terkadang tidur hanya memakai celana pendek, tanpa baju tanpa selimut. Saya membayangkan, kalau saja anak-anak di daerah kota tidurnya kayak gitu, saya pastikan besoknya langsung daftar nomer antrian ke dokter anak. Huuffhh… Jangankan anak-anak, kami yang sudah berumur diatas 20 tahun masih ada tuh yang bangun pagi-pagi langsung masuk angin. Beberapa moment anak-anak Pulau Sawi yang saya abadikan dalam jepretan.



Dua hari satu malam rasanya belum cukup untuk menikmati pesona pulau ini. Dan saya berjanji pada diri sendiri akan kembali lagi ke Pulau ini nanti. Bersama sahabat-sahabat yang menyenangkan tentunya. Berbagi keindahan, berbagi kebahagiaan bersama indahnya Pulau Sawi.

Inilah Pulau Sawi dengan sejuta pesonanya. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan. Semoga apa yang saya suguhkan ini bisa menambah inspirasi wisata anda. Salam jepret!


Tidak ada komentar: